Kisah Menarik di Balik Kuliner Ekstrem Manado

Kelelawar adalah salah satu kuliner ekstrem yang bisa ditemui di Manado. (sciencemag.org)
Kelelawar adalah salah satu kuliner ekstrem yang bisa ditemui di Manado. (sciencemag.org)

VIVAlife - Di Kota Manado, Sulawesi Utara, Anda bisa menemukan berbagai kuliner ekstrem. Mulai dari Yaki (monyet), Ular Patola (phyton), Paniki (kelelawar), Kuse (kus-kus) dan Tikus Ekor Puti (tikus berekor putih). Seluruh hidangan tersebut bisa didapatkan di tempat makan khas Minahasa. 

Di balik itu semua, sesungguhnya kuliner ekstrem ini memiliki kisah menarik. Ada yang menyebut bahwa kuliner ekstrem sebagai makanan adat atau sudah menjadi tradisi sejak zaman nenek moyang, suku Minahasa di Sulawesi Utara. Ada juga yang mengatakan, makanan tersebut lahir saat zaman penjajahan Jepang pada tahun 1942-1945.

"Saat itu warga sulit mendapatkan makanan. Saat kelelahan bekerja rodi, mereka pulang ke rumah tanpa mempunyai makanan. Jadi mereka berburu," ujar salah seorang tokoh budaya Sulawesi Utara, Herry Tombeng. 

Kemudian, ujarnya, saat terjadi pergolakan Permesta, tentara-tentara Permesta saat itu melakukan perang dengan strategi gerilya dan masuk ke dalam hutan. "Di kawasan Sulawesi Utara juga kan banyak hewan seperti Yaki (monyet). Itu jadi santapan untuk dimakan," katanya. "Batang pisang pun saat itu menjadi sayur," ujar Herry menambahkan. 

Menurut Herry, kuliner ekstrem di Manado bukanlah makanan adat nenek moyang suku Minahasa. "Makanan adat suku Minahasa zaman nenek moyang itu sayur-sayuran. Jika daging yang pasti hanya daging ayam," ucapnya.

Hingga saat ini, kuliner ekstrem bisa kita temukan dalam hari-hari besar seperti Natal dan acara Ucapan Sukur (Pengucapan) di kampung-kampung daerah di Minahasa.


Source : kosmo[dot]vivanews[dot]com