Berkunjung ke Sentra Produksi Tekstil Majalaya

KOMPAS.com - Sentra Majalaya di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, merupakan sentra produksi tekstil yang cukup terkenal dan ternama sejak tahun 1970-an. Produksi tekstilnya seperti kain batik, tenun, dan songket tidak hanya diminati pengusaha dari dalam negeri tapi juga sampai ke luar negeri.

Sampai saat ini sentra produksi Majalaya masih menjadi incaran bagi mereka yang terlibat di industri tekstil. Bersama Dirjen Industri Kecil Menengah Kementerian Perindustrian (IKM Kemenperin), sejumlah desainer yang tergabung dalam Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) menyempatkan diri berkunjung dan melihat langsung proses produksinya, Selasa (2/7/2013) lalu.


Ada dua lokasi yang dikunjungi, pertama Sub Unit Pengembangan IKM Tekstil dan produk tekstil Majalaya yang berlokasi di Jalan Babakan No 41 Bandung. Kantor ini memfasilitasi pembinaan dan pengembangan para IKM yang berada di Majalaya.


Di sini ditemukan sejumlah mesin dari alat tenun mesin (ATM) hingga alat tenun bukan mesin (ATBM) dalam proses pembuatan produk tekstil. Salah satu yang mencolok adalah mesin rajut bundar (knitting) yang berdiri di tengah ruang khusus di belakang gedung. Mesin ini berfungsi untuk mengolah bahan baku benang menjadi kain kelambu, kaus, dan lain sebagainya.


Selain mesin knitting, ada sejumlah mesin lain yang digunakan di Sentra Majalaya. Di antaranya mesin doubling, mesin twisting, mesin rewinding, mesin rotoset, mesin warping atau hani, dan alat reeling. Masing-masing mesin punya fungsinya sendiri-sendiri, seperti mesin doubling untuk mempersatukan atau merangkap dari dua benang menjadi satu benang. Sementara untuk memindahkan gulungan benang dari cone benang yang isinya tipis ke cone berisi benang sesuai yang diinginkan menggunakan mesin rewinding.


Berikutnya, masih tak begitu jauh dari situ, ada pabrik tekstil Kurnia Abadi. Di sini terdapat proses pembuatan kain dari bahan baku hingga tumpukan sejumlah kain yang sudah jadi. Di antaranya tampak kain sarung, tenun, dan songket.


Ade Yaya, Kordinator sub unit pengembangan mengungkapkan, saat ini mulai banyak penggunaan kain serat rami sebagai pengganti kapas. "Produksi serat rami terbesar berasal dari Wonosobo, Jawa Tengah," ujarnya sembari menunjuk tumpukan bahan di lantai dua pabrik.


Mengunjungi Sentra Majalaya, seperti yang disampaikan oleh Euis Saedah dari Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, serta Ferrry Sofwan Arif dari Dinas Perindustrian Jabar, seperti melihat produksi tekstil untuk mereka yang bergerak di skala produksi sedang dan kecil. Melihat produksinya, tak heran kalau perajin batik, tenun, dan songket dari sini begitu terkenal. Bahkan, disebut-sebut kalau songket yang berasal dari Sumatera juga diproduksi di sini lalu didistribusikan lagi ke Sumatera. Dengan harga yang terjangkau, desainer atau mereka yang menginginkan pembuatan kain di sini punya kesempatan dan peluang lebih besar.


Perjalanan ke Sentra Majalaya melengkapi pengetahuan akan perjalanan panjang bagaimana selembar kain dibuat. Selain itu menjadi bukti bahwa Indonesia punya potensi besar untuk pengembangan industri tekstilnya.


Editor :


Felicitas Harmandini