Menikah dan Punya Anak dengan Pengidap HIV, Siapa Takut?

Jakarta, Didiagnosis dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus) bukanlah akhir dari segalanya. Meski belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini, pengidap HIV masih bisa hidup normal layaknya orang sehat, bahkan menikah dan punya anak tanpa harus menularkan penyakitnya pada keluarga.

Menikah dan memiliki anak yang sehat bukanlah hal yang mustahil bagi pengidap HIV dan AIDS. Dengan menjalani hidup sehat dan rutin minum obat anti-retroviral virus (ARV), maka besar peluang pengidap HIV untuk bisa mendapatkan keturunan yang sehat tanpa tertular HIV.

"Agar tidak menular ke pasangan, ODHA (orang dengan HIV/AIDS) harus selalu pakai kondom saat berhubungan intim," jelas Ayu Oktaviana, staf Indonesia AIDS Coalition (IAC), saat berbincang dengan detikHealth, ditulis Rabu (5/12/2012).

Selain tidak menulari pasangannya, baik ODHA pria maupun wanita juga bisa memiliki kesempatan untuk memiliki anak yang sehat. Prosesnya tentu berbeda dengan orang sehat tanpa HIV.

Saat merencanakan kehamilan, ODHA harus terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter. Dokter kemudian akan memintanya rutin melakukan tes Cluster Differentiation 4 (CD4) untuk mengontrol jumlah sel darah putih. ODHA dinyatakan sehat bila CD4 lebih dari 350.

Kesehatan secara keseluruhan juga harus dinyatakan baik, seperti berat badan normal dan tidak ada infeksi penyerta seperti penyakit menular seksual, hepatitis dan infeksi lainnya.

Ketika semua kondisi baik, maka pada saat masa subur ODHA dapat berhubungan badan tanpa menggunakan kondom. Pada kondisi ini, risiko penularan HIV/AIDS melalui sperma atau cairan vagina bisa saja terjadi, tetapi kemungkinannya cukup kecil.

Salah satu ODHA yang berhasil memiliki anak sehat adalah Yan Michael (36 tahun), seorang mantan pecandu narkoba jenis putau yang divonis mengidap AIDS. Meski mengidap AIDS, Yan tidak mau menyerah dengan keadaannya, bahkan dirinya mulai membina rumah tangga.

Istri Yan bukanlah ODHA dan hingga kini sang istri terbukti negatif HIV. Bahkan Yan dan istri telah dikaruniai 2 orang anak yang semuanya negatif terhadap HIV/AIDS.

Sedikit berbeda dengan ODHA pria, karena si jabang bayi hidup dan berkembang di rahim wanita, maka pada ODHA wanita yang ingin hamil harus menjalani program khusus untuk mencegah bayinya tertular HIV AIDS. Program tersebut dinamakan PMTCT (Preventing Mother to Child Transmission).

ODHA yang ingin mengikuti program PMTCT harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu, baik dengan dokter penyakit dalam (untuk mengontrol HIV/AIDS) maupun dokter kandungan.

“ODHA yang ingin punya anak harus berkonsultasi dulu dengan dokter, jangan ujug-ujug berhubungan seks (tanpa kondom). Pasangan harus dicek dulu berapa jumlah kekebalan tubuhnya, virusnya. Ada banyak pengecekan,” jelas Ayu, yang juga aktif di Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI).

Setelah berkonsultasi dengan dokter, CD4 tinggi, kesehatan baik dan tetap rutin minum ARV, maka ODHA wanita diperbolehkan untuk hamil. Saat masa subur, pasangannya diperbolehkan berhubungan tanpa kondom.

Ketika berhasil terjadi pembuahan, maka selama kehamilan ia tetap harus minum ARV untuk mengurangi risiko bayi yang dikandung tertular HIV.

Ketika usia kehamilan sudah masuk bulan ke-9, ODHA wanita diminta lagi melakukan pemeriksaan CD4. Jika kondisinya baik dan kekebalan tubuh tinggi, maka si ibu akan diberikan dua pilihan persalinan, bisa secara normal (vaginal) atau caesar. Namun jika kondisinya sedang lemah, maka satu-satunya cara adalah persalinan caesar.

Persalinan pada wanita ODHA jelas berbeda dengan wanita sehat lainnya. Proses caesar misalnya, ODHA harus menggunakan peralatan operasi sendiri, mulai dari tempat tidur hingga pisau bedah, yang nantinya tidak boleh digunakan lagi. Ini dilakukan untuk mencegah penularan virus yang terdapat pada darah pasien.

Jika kondisi si ibu baik, maka ibu ODHA juga diperbolehkan menyusui bayinya. Namun jika tidak memungkinkan, maka mau tidak mau si bayi harus diberi susu formula agar HIV dari tubuh ibu tak masuk ke tubuh mungil si bayi.

Jadi meski harus mengidap HIV/AIDS seumur hidup, ODHA tetap memiliki hak sebagai manusia untuk berkeluarga dan memiliki keturunan tanpa harus menularkan penyakitnya kepada orang lain.


( mer/vit)
Source : detik[dot]feedsportal[dot]com