Jumlah Sperma Makin Berkurang, Akankah Terjadi Krisis Kesuburan?

Jakarta, Jumlah sperma pria terus mengalami penurunan setiap tahunnya hingga 2 persen dan jika hal ini terus terjadi, pria mungkin akan mengalami krisis kesuburan. Gaya hidup dan pola makan yang buruk diduga menjadi penyebab utama masalah ini.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Perancis terhadap 26.600 pria menemukan bahwa konsentrasi sperma telah menurun hingga sepertiganya sejak tahun 1990-an. Penelitian tersebut dilanjutkan hingga 17 tahun dan secara signifikan menunjukkan penurunan konsentrasi sperma hingga 32,2 persen dari batasan normalnya.

Antara tahun 1989 hingga tahun 2005, jumlah sperma per mililiter air mani diketahui telah berkurang sekitar 2 persen setiap tahunnya. Para peneliti juga telah menghitung jumlah sperma pria yang berusia rata-rata 35 tahun telah mengalami penurunan dari sekitar 73,6 juta per mililiter air mani menjadi 49,9 juta, atau hampir sepertiganya.

Para peneliti menyatakan bahwa studi ini adalah yang pertama kali mengidentifikasi penurunan konsentrasi dan kualitas sperma dalam jangka panjang dan skala yang besar. Hasil penelitian tersebut kemudian dipubilkasikan dalam jurnal Human Reproduction.

"Beberapa orang diantara peserta bahkan memiliki jumlah sperma yang lebih rendah dari jumlah rata-rata hasil penelitian tersebut, serta jauh di bawah standar jumlah sperma sehat yang ditetapkan WHO," kata Joelle Le Moal, peneliti dari Institut de veille Sanitaire di Saint Maurice, seperti dilansir foxnews, Kamis (6/12/2012).

Pada tahun 2005, jumlah rata-rata sperma pria Perancis yang terukur lebih rendah dari batas normalnya, yaitu 55 juta per mililiter air mani. WHO mendefinisikan bahwa jumlah sperma yang lebih dari 15 juta per mililiter air mani masih dianggap normal.

Namun, penulis penelitian menyatakan bahwa konsentrasi atau jumlah sperma berpengaruh terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan kehamilan. Semakin berkurangnya jumlah sperma, tentu kesuburan pria akan semakin rendah dan lebih sulit untuk mendapatkan kehamilan.

Peneliti mengingatkan bahwa Perancis bukanlah negara satu-satunya yang harus memperdulikan masalah ini. Le Moal menyatakan bahwa analisis global telah menemukan penurunan jumlah sperma juga telah terjadi pada beberapa negara seperti Israel, India, Selandia Baru dan Tunisia, yang telah melakukan studi serupa di negara masing-masing.

Dua studi terbaru menunjukkan bahwa hal ini mungkin disebabkan karena pengaruh lingkungan, seperti penggunaan laptop atau paparan bahan kimia berbahaya yang dapat menurunkan jumlah sperma. Tapi Le Moal mengatakan itu bahwa gaya hidup pria mungkin telah berubah dari waktu ke waktu dan berpengaruh terhadap konsentrasi spermanya.

Sebagai contoh, pria-pria lebih banyak yang mengalami penambahan berat badan dibandingkan kondisinya pada tahun 1989 dulu. Sehingga lingkungan dan pola makan berkontribusi besar terhadap penurunan jumlah sperma tersebut.





( nvt/nvt)
Source : detik[dot]feedsportal[dot]com