Zainab Al-Kubra, Wanita Mulia Teladan Kaum Hawa (3-habis)

REPUBLIKA.CO.ID, Abu al-Ash lalu kembali ke Makkah disambut Zainab dengan riang gembira. Namun, suaminya tampak muram. Ia mengucapkan salam perpisahan kepada Zainab.

Karena belum terbuka pintu hidayah kepadanya, Zainab pun akhirnya keluar dari Makkah meninggalkan Abu al-Ash. Orang-orang Quraisy justru menghalang-halangi Zainab dan mengancamnya.

Saat itu, Zainab sedang hamil dan akhirnya keguguran. Ia berhasil meninggalkan Makkah dengan bantuan saudara Abu al-Ash yang bernama Kinanah bin ar-Rabi hingga sampai kepada Rasulullah SAW. Selama di Madinah, ia berdoa agar Allah memberi hidayah kepada suaminya.

Pada Jumadil Ula tahun 6 Hijriyah, Abu al-Ash mengetuk pintu Zainab. Seolah tak percaya, Zainab terkejut saat membuka pintu tersebut. Ingin rasanya Zainab mendekatinya, namun ia menahan diri karena menyadari bahwa akidah harus diutamakan di atas segalanya.

“Kedatanganku bukanlah untuk berperang, akan tetapi berdagang membawa barang-barangku dan juga milik orang-orang Quraisy. Namun, tiba-tiba aku bertemu dengan pasukan ayahmu yang di dalamnya ada Zaid bin Haritsah bersama 170 tentara. Aku meloloskan diri untuk meminta perlindunganmu,” tutur Abu al-Ash.

Dengan suara lembut penuh haru, Zainab pun berkata, “Selamat datang, wahai putra bibiku. Selamat dating wahai ayah Ali dan Umamah.”

Tatkala Rasulullah SAW selesai shalat Subuh, dari dalam kamar Zainab berteriak dengan suara keras, “Wahai manusia, sesungguhnya aku melindungi Abu al-Ash bin Rabi.”

Abu al-Ash pun mendapat perlindungan dan diizinkan pulang ke Makkah dengan membawa kembali barang dagangannya. Ia lalu menyatakan keislamannya secara terang-terangan di hadapan kaum kafir Quraisy.

Abu al-Ash kemudian hijrah ke Madinah dan kembali bersatu dalam kebahagiaan dengan istrinya yang mulia.





Source : republika[dot]co[dot]id